Tresno Joyo
![]() |
taraaaaaa.... |
Sekarang saya jualan angkringan. Dari bekas
karyawan jadi pedagang. Bahasa keren nya sih Wirausahawan. Banyak temen-temen
yang mampir dan mengajukan pertanyaan terheran-heran. Kok bisa sih, jualan kaya
gini, gimana ceritanya? Hampir-hampir saya selalu menjawab pertanyaan yang
sama. Sebelum Saya jawab, juga, sesudah Saya suruh mereka menyesap wedang jahe
atau bajigur, mereka harus kasih pendapat. Bagaimana rasanya? Kurang apa
kira-kira? Hm... enak enggak? Jadi, Saya yang lebih banyak bertanya Haha... jawabnya dari beberapa temen yang Saya simpulkan menjurus ke kepuasan Saya. Selebihnya menurutku hanya soal
selera. Tetapi, tetap saja, Saya mesti memperbaiki racikan agar semua kalangan
suka. Konsepnya agar semua kalangan suka.
Oiya lupa. Saya akan jawab pertanyaan
temen-temen yang sebagaian sudah dengar, tapi saya akan ceritakan lagi. Begini,
saya belajar membuatnya ketika sedang bekerja sebagai penyiar radio di kota
orang. Saya lalu mencari tempat tinggal buat sementara selama di kota orang dan
menjalani pekerjaan baru sebagai announcer. Di salah satu perumahan, kata
temen, merekomendasikan ada rumah yang akan dikontrakan. Saya bergegas dan
mendapati tempat itu sudah ditinggali. Ternyata telah ditempati dua bulan sudah
oleh penjual wedang jahe. Tetapi, karena Masnya baik dan merasa kasihan pada
saya, akhirnya memberikan satu kamar kepada saya. Kebetulan sama-sama orang Jawa, tepatnya orang Brebes. Jadi disitulah pengalaman saya belajar membuat
minuman berbahan rempah-rempah.
Sekarang sudah berjalan beberapa bulan,
alhamdulillah... omsetnya lumayan buat orang yang telah selesai kontrak. Jadi
enggak dibilang nganggur-nganggur amat. Meski sedikit dan agak kepayahan serta
kebingungan saat baru pertama kali memulainya tapi itu menyenangkan.
Saya pake banner ‘Wedang Jahe Merah’ dengan
ukuran cukup besar. Tidak memakai nama saya sendiri atau merek tertentu. Bahkan
ada menyarankan pake nama bapak saya, saya tidak mau. Selain malu, juga tidak
PD. Saya masih muda, belum cukup punya mental yang baik. Tapi, dibalik banner
itu sebenernya ada banner yang melekat di gerobak. Karena sebelumnya tidak keliatan dari jauh.
Diam-diam saya pake nama, yaitu, Tresno Joyo. Kaya denger sesuatu enggak? Merek
apa gitu? Ya bener. Minyak telon! Haha...
Yap, Tresno Joyo. Nama ini lucu buat saya.
sehingga dipilih sebagai merek dagangan angkringan saya. Karena artinya bagus.
Tresno berarti cinta, juga suka. Dan Joyo, artinya sebuah kejayaan. Kalo
dipadankan dengan sebuah harapan, berarti, suka wedang jahe buatan saya, bahkan
sampe jatuh cinta. Dari situ orang banyak beli,akhirnya laris dan mencapai
kejayaan. Sampe-sampe cabangnya ada delapan. Haha... beneran! Itu yang saya
bicarakan pada orang tua saya sebelum akhirnya bissmillah terjun ke jalan.
Seperti itu temen-temen cerita lengkapnya.
Yang belum datang mending nyicipin deh. Sekalian ngobrol-ngobrol dengan saya.
Barangkali ada kecocokan dalam
pembicaraan. Kita bisa, jadian. Haha... just kidding ya. Yuk!
Comments
Post a Comment