Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara
LBH Jakarta
Ketidaksengajaan
saya berujung baik; saya daftar dan mengikuti seleksi Karya Latihan Bantuan
Hukum (Kalabahu). Boleh dibilang saat rebahan disela-sela waktu istirahat, saya
menemukan informasi pembukaan dan pendaftaran Kalabahu di akun media Twitter @LBH_Jakarta .
![]() |
LBH Jakarta Pintu depan; Terdapat spanduk bertuliskan Posko Tamansari Melawan |
![]() |
Batu nisan berada tepat di pintu |
Sebagai
mahasiswa yang berkonsentrasi pada hukum, saya mengikuti akun yang berkaitan
hukum, @LBH_Jakarta salah satunya.
Fyi, Lbh Jakarta ini Lembaga Bantuan Hukum yang berpusat di Jakarta. Ada juga
Lembaga Bantuan Hukum di daerah daerah kota besar. Fungsinya sendiri yakni
memberikan Bantuan hukum secara sukarela (gratis) bagi korban ketidakadilan. Bantuan
hukum ini tidak terbatas untuk siapapun dan golongan manapun. Dan lembaga hukum
non profit ini juga berguna sekali bagi mereka yang membutuhkan perkara keadilan yang tidak mampu, tidak mengerti atau sama sekali; buta hukum terhadap kasus yang sedang dihadapinya. Pada prosesnya
dalam menerima bantuan hukum, Lembaga Bantuan Hukum ini kinerjanya meliputi menjalankan
kuasanya, mendapingi, mewakili, pembelaan dan tindakan hukum lain bagi penerima
bantuan hukum.
Kemudian Kalabahu itu apa sih?
Pada saat
bersamaan saya langsung mencari tahu tentang Kalabahu itu apa? Begitu saya baca dari referensi internet ternyata merupakan bagian dari program kerja dari Lembaga Bantuan Hukum. Dilansir dari Wikipedia,
Kalabahu kegiatan yang salah satunya untuk mencetak generasi pekerja bantuan hukum yang
berkomitmen pada nilai nilai Hak Asasi Manusia. Selebihnya Kalian bisa cari tahu lebih detil dari Website resminya.
Sebentar, saya disesap dulu kopinya nanti keburu dingin. Biar matanya engga ngantuk. Ngetik nya juga enak. Yess!
Sebentar, saya disesap dulu kopinya nanti keburu dingin. Biar matanya engga ngantuk. Ngetik nya juga enak. Yess!
![]() |
Kalabahu 41 |
Ternyata Kalabahu itu sudah diadakan dari tahun 1980. Nah, sekarang Kalabahu sudah yang ke-41 dengan mengambil tema ‘Lantangkan Suara; Merebut Kembali Ruang Demokrasi’ dimana maknanya untuk mengajak kepada warga negara khususnya anak muda untuk aktif bergerak menjaga demokrasi dan kemanusiaan dengan tidak berhenti mengkritisi dan menjaga hukum tetap berkeadilan. Isu-isu perihal demokrasi ini perlu di gugah kembali. Karena kenyataan yang ada berbagai praktik pembukaman dan perampasan hak warga negara diruang demokrasi sudah terjadi seperti; kemerdekaan berekspresi, berpikir, berpendapat dan bahkan berorganisasi. Juga ada hal lain jadi persoalan Kalabahu sama seperti pada tahun sebelum-sebelumnya sesuai pada prinsipnya yakni Menjunjung Hak Asasi Manusia. Selain itu pokok utama lainya juga tidak lepas dalam penegakan hukum agar sesuai timbangan; Berkeadilan. Duh, udah serius amat, ya.
Cerita Kalabahu 41
Setelah
saya cermati dan pahami maka saya coba mendaftar yang telah dibuka pada 29 Januari
sampai 24 Febuari. Kalo sekarang sudah tutup, ya. Syarat mendaftar dan
mengikuti seleksi adalah Mahasiswa hukum yang sudah menempuh 120 sks, itu
artinya diperuntukan bagi Mahasiswa tingkat akhir. Bagi yang sudah lulus
juga dipersilakan.
Pendaftaran
dilakukan online maka saya segera klik
dan mengisi segala persyaratanya, karena sebelumnya saya sudah membaca persyaratan dan ketentuanya maka saya tinggal
upload berkas-berkas saja dan alhamdulilah ternyata dinyatakan lulus administrasi. Tinggal proses selanjutnya tes tertulis. Kemaren tanggal 3 Februari seleksi tertulis dilaksanakan setelah dinyatakan lulus seleksi administrasi.
Karena kurang lebih pendaftar 200 orang maka Saya kebagian kloter ketiga yakni
pada pukul 14.45 sampai 17.00 Wib.
Saya
datang lebih awal, bukan antusias, karena perjalanan menggunakan layanan publik
dijakarta susah ditebak. Lebih baik datang diawal dari pada terlambat, karena
sekali terlambat tidak ada toleransi untuk mengerjakan soal. Berada dijalan
Pangeran Diponegoro No.74 Peganggasan Kec. Menteng, Jakarta Pusat. Tempatnya strategis terletak di pusat kota Jakarta. Dan paling mudah bagi yang kebingungan ke Kantor LBH Jakarta mode transportasi terdekat yakni Stasiun
Manggarai. Saya tahu kebanyakan peserta Kalabahu Jakarta ini pesertanya dari luar kota
bahkan ada yang dari luar Jawa. Nah, dari Stasiun Manggarai Kita tinggal naik Ojek
Online, jaraknya 2.1 Km, kisaran 6 menit dan cukup membayar 10 ribu. Tapi waktu itu karena lagi promo jadi saya Cuma dikenakan tarif 5 ribu. Hehe lumayan ngirit!
Saat waktu tes tiba saya konfirmasi
pendaftaran ke panitia untuk mendapatkan nomor tempat duduk tes. Panitianya adalah pengabdi lembaga bantuan hukum
yang dulunya proses awalnya sama dengan mengikuti Kalabahu juga. Ada yang menarik dengan
panitia Kalabahu menurut saya, karena penampilan mereka, begitu, saya menyebutnya
dengan eksentrik; persis layaknya penampilan aktivis. Ada dua Mas-mas panitia
yang penampilanya saya sukai, sampai saya begitu perhatiin ketika panitia tsb berbicara mengenai arahan ujian. Panitia satu berambut semi kribo, tipis dan kelihatan seni. Memakai kaos yang berisi pesan tersirat. Nah panitia satunya lagi berambut panjang sebahu dan
diikat ala tokoh Kenji. Sama; kaosnya bertuliskan pesan. Sedangkan panitia lainya tampak biasa-biasa saja. Kebanyakan panitia LBH ini pake masker. Karena emang rawan Virus yang lagi mewabah. Saya juga
menyesal karena berpergian ditempat umum apalagi berkumpul di ruang dan
berdesak desak saat di KRL Computer Line tanpa menggunakan masker. Ngeri euw!
![]() |
Konfirmasi pendaftaran. |
![]() | |
Suasana dalam kelas ketika hendak mulai. |
Suasananya engga tegang tegang amat, tapi berhubung ini tes semua peserta tampak serius. Kecuali saya, saya mengigil karena tempat kursi saya tepat dibawah AC. Saya langsung pake sweater rajut karena waktu itu saya Cuma pake kaos Polo, jadi kalo kedinginan bisa bisa masuk angin. Norak banget yak, emang!
Bdw,
ujianya berbentuk esai bukan pilihan ganda sama seperti UAS semester. Yah, ini tantangan
banget buat saya yang akhir-akhir ini jarang menulis, pasti kesulitan merangkai
kalimat. Dan perihal materi yang diujikan saya salah baca materi buat
persiapan. Saya megacu pada Kisi-kisi soal Kalabahu tahun lalu dan saya baru
tahu ternyata setiap tahun berbeda soal ujianya. Tergantung isu politik, HAM
dan perkembangan Demokrasi di Indonesia.
Ujianya open book, bahkan dipersilakan untuk memakai internet. Tapi karena waktunya terbatas, ujianya esai, ditambah soalnya berbentuk analisis kasus dan sudah pasti menulisnya panjang-lebar ini menjadi tantangan sekali bagi peserta. Saya harap sih bisa lulus tes tertulisnya. Tapi ya begitulah agak kurang yakin; berdoa saja.
Comments
Post a Comment