Sambal Kacang

Sambal kacang. Paling enggak bisa dipisahin dengan aku. Boleh dipisah sih? tapi jangan sampe radius Mil nanti aku kangen berat. Cita rasanya membuat Aku nge-Fans sama Dia, bahkan Cinta Mati. Ciri khasnya, perpaduan Gula Jawa dengan Kacang yang Ciamik, plus Garem dan Terasi disusun rapih secukupnya. Jangan lupa cabenya, aku saranin gak berlebihan, biar serasi. Itu, itu Membuat lidahku jatuh hati padanya. Luluh begitu saja.
Sambal kacang. Aku kurang tau sejarahnya, tiba-tiba saja nongol di usia aku duduk di bangku SD. Perkenalanya panjang kek aku kenal pertama kalinya dengan si Doi, Ups. Emaku, maksud aku Nyokap, beliau paling suka makan Reunian Buah alias Rujak. Aku agak Amnesia juga sih soal ini, pokoknya sejak itu aku dan Nyokap jadi Soulmate. Kita sama-sama suka Rujak. Dari situlah perkenalanya. Dan sejak saat itu pula aku disayang Nyokap, dibandingin Ayam-ayamnya*hihi. Rujak juga jadi biro jodoh antara aku dengan Sambal kacang. Hingga sampe sekarang. Kita bak satu perahu berlayar di Bahtera laut. Aku pikir harus makan sambal rujak yang banyak sebagai cocolan makan, biar kita kekeh, sejoli, polepel.*ih, apaan sih?
Kejadian paling menyakitkan diantara kita yang telah terpisah beberapa minggu, membuat aku gak betah harus LDR-an. Hatiku sakit. Entah, begitu sakitnya aku selalu berdzikir memuja dia. Hatiku juga membatin, Kapan bibirku menciumnya? Kapan Lidahku bertemu dengan Lidahnya dan bermain dalam senggama lalu kita larut dalam satu ranjang.*OhMyGod.
Sepulang sekolah disaat hatiku masih terluka karena memang kerinduaanya beberapa minggu tak jumpa dengannya, memutuskan mencari pas sepulang sekolah. Keluar pintu gerbang setelah ujian terahir selesai, aku segera melangkah pulang dengan jalan kaki santai sembari mataku memburunya. Ketika tiba di perkampungan Bulek-ku, hal yang sama masih kulakukan. Aku sengaja mampir kerumah Bulek, karena motor tua ku titipin disana. Pandanganku disetiap warung akan bertambah tajam, mengamati Apakah ada sebuah Cobek atau Layah diwarungya? Itu menjadi tanda-tanda yang signifikan bahwa disitulah keberadaanya. Namun selama beberapa langkah jalan aku belum menemukan tanda-tanda tersebut. Aku pikir Sambal Kacang yang sepaket dengan Rujak sudah Langka. Apa aku perlu adukan ini pada organisasi satwa langka? Kayaknya gak mungkin, paling aku dianggap orang gila.
Sampai di jalan sempit batako aku bertanya pada seseorang, Dia pake seragam sekolah. Anak cewek itu kulitnya putih kuner, raut mukanya nampak masih kecil, walaupun dia setinggi satu jengkal lebih tinggi dari aku. Keliatanya dia baru pulang. Aku samperin "Misi mau nanya, yang jualan rujak dimana yah?" Aku Seraya memberikan senyum simpul, Moga-moga aja gak naksir.*ih.. Apaan sih?. Dia membalas dengan raut muka bingung. "Uh, t ai ku en ak paa ker asa brbque,mo u". Aku hanya termanggut dan seutas senyum kecut. "Nih orang pake bahasa Planet mana sih?" Gumam aku membatin. Aku terus manggut-manggut dan perlahan kabur, pas kabur hanya beberapa detik, dilengan anak cewe itu ada tulisan SMA garing (garis miring) SLB. Aku terkejut tapi gak sampai Jantungan sih, apalagi Stroke. Aku hanya kabur takut digigit. Aku lupa bilang kalo anak cewek tadi agak Tonggos.*Auuuuuuu.....
Sesampainya dirumah Bulek, aku hanya meminum air putih lalu pergi. Rasa gak enak ngebuat ditawari ini itu gak mau. Bulek aku super baik. Pernah ada waktu dibeliin rujak, itu yang ngebuat aku nyebut diawal Dia super baik. Udah sih, gitu aja.
Al hasil aku harus pulang kerumah sambil berpetualang mencarinya dengan kembaran aku. Motor butut keluaran tahun 96. Menurut aku wajar-wajar aja, selagi masih ada yang ngliriknya. Aku emang lebih ganteng dari motornya, aku pikir cewek yang ngelirik ikhlas memandangku.
Spidometernya mati, kira-kira aku jalan 20 KM/Jam. Santai. Mataku kecepatanya lebih dari motor butut yg aku tunggangi. Nyari warung yang ada cobeknya. Aku memutari satu Kampung, dari RT 12 sampai RT 3. Memang RT dikampungku gak urut, habis RT 6/RW 2." Siapa yang bikin sih? Bego, pasti itu orang.!!, Pasti!!" Tiba-tiba aku kesel sendiri.
Motor terhenti depan rumah, tarik nafas panjang aku semburkan"Huuuuussh...." Mencoba menghilangkan kekesalan.
Depan pintu ku lepaskan sepatu. Selesai lepas Tangan ku memegang gagang pintu. Sepertinya aku harus membuka lewat jendela yang sengaja dibiarkan membuka pada jendela bawah. "Ceklek" Suara kanceng terdengar tanda terlepas dari lubang pengunci dan pintupun kubuka. Tas selempang yang sendari tadi menyangkut di pundak kulempar ke bawah keramik warna kuning jingga bebarengan dengan salam lirihku. Sudah pasti tak ada yang menjawab, pintu tadi menjadi isyarat bahwa rumah kosong, sepi. Aku jinjing sepatu dan tas melewati ruang tamu. Di ruang tengah ada kursi, kutaruh tas disitu. Lagi lagi kulempar, tp kali ini meleset dan terjatuh disamping kursi.
Sesampainya dimeja dapur, ada tudung penutup makanan warna merah. Aku menjatuhkan sepatu dikolong meja dan membuka tudung dengan rasa penasaran menu makanan siang kali ini. Aku buka cepet, dan....
Didalam mulutku merasakan reflek mengeluarkan asam, lalu terdengar kecapan mulutku dan menelan ludah. Kali ini Tuhan mempertemukan Kita dengan indah.*BackSound bunyi.

Comments

Popular posts from this blog

Tresno Joyo

Ringkas Saja Ngomongin Proses Pembuatan Film

Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara