[cerpen] puisi jadi cinta.
''Percaya enggak, laki-laki macam gue ini bisa buat puisi?'' kata gue, mengajak seorang perempuan yang sendari tadi memegang tangkai bunga, lalu dipatahin satu-persatu mahkotanya. terganggu, dia mengalihkan pandanganya dari sebuah tangkai bunga itu kepadaku. dia memandangku dari ujung kaki sampai bertatapan.
''Hah? Mana mungkin! enggak pantes banget!" dia cengengesan tak beraturan; tepatnya menertawakan.
''Maksudnya? wah, ngledek! kalo gitu lo buat satu tema apa saja? gue jabanin sekarang.'' sebagai laki-laki gue merasa tak diakui di seluruh dunia kalo tak sanggup buat puisi, fikir gue begitu.
''Oke, kalo gitu buat puisi tentang... Gue! semua hal yang lo tahu, dari apapun itu, atau... bebaslah apa yang lo ekpresikan ke gue.'' katanya, suaranya memelan di kalimat terakhir.
Gue mengambil buku dan menyobek kertas. pulpen yang tadi gue mainkan dijari mulai menjadi alat tulis sesungguhnya. sementara dia masih tetap bermain bunga. taman bunga ini sedang musim bermekaran. musim yang selalu ditunggu-tunggu perempuan berambut sebahu ini . sudah lama dia mengatakan bahwa dirirnya sedang menunggu bunga-bunga itu bermekaran. sampai dia lupa, dan gue mengajaknya untuk mengingatkan, bahwa inilah musim yang ditunggu-tunggu.
''Sudah jadi? sudah 15 menit yang berlalu.'' katanya, menagih.
''Gue bacain ya, eh tapi, gue mau ada musik yang mengirinya, biar kaya musikalisasi.'' gue mengambil HP dan memainkan musik klasik.'' Tolong dengarkan dan di hayati'' gue mulai ancang-ancang.
Tinggimu tak seberapa, enggak apa-apa...
bibirmu tak berisi, walau tak sama persis Victory, engga apa-apa...
alismu tak setebal Annisa cherrybale, ah, engga apa-apa...
apalagi? soal hidung? yah, tak jadi soal, tentu engga apa-apa...
ini perihal sesederhana aku mencintaimu, oh, oh...
aku muisi sesederhana ini untukmu.
bukan niat menghujat, tapi perihal ku gila padamu.
bukan tak apa.
aku takut capung lewat;mendengarkan pujianku padamu.
lalu berbalik mencintaimu ketimbang hanya berlalulalang diladang.
apalagi terbang dengan sayap ketapang.
perkenankanlah sesederhana ini aku mencintaimu.
mari terbang bersama walau sayap ketapang kupinjam pada capung.
mengantarmu pada sebuah taman bunga.
Hening beberapa saat. taman bunga juga ikut sunyi. hanya musik klasik yang tersisa.
''Lutfi, elo..., jadi ini yang kamu maksud ajak aku ke taman bunga.'' kalimat panggilnya mendadak berubah. seperti saat itu puisi yang gue buat dadakan untuknya. semua juga mulai berubah. jawabanya; mengubah segalanya.
Comments
Post a Comment