Alasan enam bulan yang lalu.
Dalam
fikiranku; Kau tak menginginkan adanya sebuah hubungan, maksudku tidak seperti
kebanyakan orang. Kita bisa terjalin tanpa ada ungkapan yang harus—layaknya
untuk memulai hubungan.
Sebelum
setegang dan berakhir ini, aku mengira kou perempuan yang tak kenal dengan
seperti orang istilahkan; biar tak terbelit-belit, katakanlah, ‘Pacaran’. Hubungan
yang menurut kou tidak sukai. Meski tidak terlalu benci, kou memilih keyakinan
agama pada dirimu yang lebih kuat.
Setiap
kepulangan dari barat ,aku membawa rindu yang selalu kubagi dengan kou. Kou
sepertinya membutuhkan rindu yang ku bawa. Juga satu hal terpenting, sepotong
kalimat yang kubawa untuk kou. Mungkin , kalo tidak salah mengartikan; adalah
untuk kedua kalinya jika aku bagi kalimat yang kubawa bersama dengan rindu. Kou
pasti mengerti.
Tetapi semua
kalimat yang kubawa tertunda. Bahkan, sengaja tak tak diungkap sepeser katapun.
Bukan, bukan lantaran takut. Sebab aku menganggap bahwa kou perempuan yang tak
kenal dengan sepeti itu. Kou tak mengenal dalam keyakinanmu, pikirku
menebak. Dan aku meyesuaikan diri. Lalu
aku urungkan, menarik dan disimpan kembali dalam perjalanan ke barat. Itu terus
berulang saat masih memiliki kesibukan di barat. Alasan yang kuno, bukan?
Sehubungan
dengan itu semua yang aku perbuat penuh kehati-hatian. Sungguh! Seolah berjalan
lambat tak apa. Paling tidak aku tetap pada janji diriku sendiri dan tidak
mengulangi menyakiti kou. Ini soal pengalaman aku kenal kou dan waktu saja.
Ah, tulisan
ini hanya sebuah ceret teko menuang teh kedalam cangkir saja. Aku ingin
menikmati aroma dan menyeduh sebagai rasa yang nyaman. Ternyata aku salah
mengira dalam menebak. Aku simpan kalimatku baik-baik dan kou ternyata
menunggu. Lucu sekali ya? Kehatian-hatianku terlalu besar sehingga tak terjadi
apapun. Kecuali menikmati kehangatan yang terhidmat.
Selamat larut malam.
#Malam larut bersama AH Ayi dan Wah. Di meja kecil penuh kehangatan dan aroma rempah,
Comments
Post a Comment