Ngresula Bakul Sempak
![]() |
sabar pakde Luthf |
Enggak usah terlalu jauh harapan seorang penulis,
cukup berhasil terbitin buku. Tunggu! Umm... baru ketik saja udah enggak
logika, masa iya seorang penulis berharap bisa terbitin buku? Jadi begini, kata
penulis maknanya sudah atau telah memiliki karya buku. Itupun buku karangan
ilmiah; bukan novel, bukan kumpulan puisi ataupun cerpen. Itu menurut sumber
yang saya baca tapi lupa penulisnya siapa. Lalu disebut dengan apa? Menurutku
lebih baik disebut dengan ‘suka menulis’, bisa jadi hobi menulis. Entah
barangkali ada yang lain, misal, menulis catatan harian, juga tak apa. Silakan
untuk sesuka hati kalian.
Seperti saya ini tergolong manusia yang
menyia-nyiakan waktunya dengan menulis jika tidak bekerja ataupun berjualan sempak di pasar. Kadangkala ada tugas
makalah yang musti diselesain dengan tenggang waktu yang mepet. Cuma seminggu
doang. Belum nyari bahan sana-sini. Berhari-hari Cuma nyari bahan dan yang
ditulis Cuma selembar ukuran Portofolio. Padahal minimum 15 lembar. Tapi tenang
saya masih baik-baik saja kok.
Saya hanya menulis catatan harian saja. Seperti... hari
ini saya sedang merasakan suatu hal siang tadi, bahasa nya apa ya... dibilang bete,
enggak
juga, kesel juga karena apa
enggak tahu. Tapi saya bisa ceritain. Saya berjalan dengan dua perempuan yang salah
satunya baru kenal beberapa jam ke suatu kaffe. Tapi yang satunya sudah satu
mingguan dan cukup akrab. Itu terlihat dia terbuka soal latar belakangnya.
Memang dari awal dia cenderung banyak bicara. Kadang tledor menceritakan hal
pribadinya sampai lupa bahwa hal tersebut merupakan—menurut saya—hal pribadi.
Tapi berbeda dengan kawan nya yang sedikit agak pendiam. Namun dalam hatinya
ada hal terbalik dari sifatnya yang pendiam. Pada saat suasana mencair saya
bertanya dan dijawab sekenanya tanpa timbal-balik. Dan akhirnya berujung
kesaalahpahaman perihal pertanyaan saya. Pada saat itu jawabannya justru balik
tanya dengan nada sedikit naik. Yang pada intinya dia tersinggung dan saya
enggak tahu pertanyaan yang saya ajukan berniat membangun percakapan ternyata
membuatnya lain. Ya... pada intinya seperti itu. Karena sepenuhnya bukan
catatan harian dan maksud tujuan tulisan ini juga bukan itu. Jadi sampai
segitu.
Lalu, tidak melulu soal tulisan itu-itu saja. Coba
tebak apa? Orang yang suka menulis menginginkan lebih dari biasanya. Seperti
punya karya novel, buku kumpulan cerpen. Wah, pikiran saya langsung histeria
sekali
jika saya bisa terbitin buku. Sebuah pencapain tertinggi dari seorang yang suka
menulis curhatan macam saya ini (( ketawa terbahak-bahak )).
Ternyata untuk hanya nerbitin buku enggak segampang
anak umur satu tahun minta nenen
sama ibunya. Enggak. Banyak unsur-unsur yang musti di pelajari, pahami, dan
dibiasain. Terutama teknik-teknik menulis. itu semua rumit. Saya yakin, penulis
atau pengarang (sebutan penulis karangan fiksi) pasti mengalami kesulitan
terbitin buku. entah pertama kali atau untuk sekian waktu yang lama buat
terbitin buku selanjutnya. Karena memang ada unsur-unsur lain.
Salah satunya saya mencari buku karya seni tentang
metode penulisan buku. Dari mulai tentang cerpen sampai novel. Dibandingkan
dengan buku novel atau karangan fiksi lainya, buku tentang metode kepenulisan
jarang sekali. Sepuluh banding satu kira-kira.
Dalam kurun waktu sejak saya suka menulis (semasa SMA) sampai sekarang.
Jika kalian menemukan itu berarti kalian beruntung sekali. Namun coba lihat isi
nya kembali. Apakah sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Terutama soal
kepenulisan. Baik teori maupun teknik yang bisa dipraktikan. Bisa-bisa yang
kalian temukan adalah penyesalan karena sejumlah uang telah diberikan dengan
seonggok buku zonk.
Saking seringnya saya menganggap buku-buku itu sekedar nyampah sembarangan di
rak buku dengan label duit sejumlah puluhan rupiah. Itu hanya ungkapan
kekesalan saya saja. Karena ada beberapa
pilihan buku yang saya beli ternyata sia-sia. Isi nya enggak sesuai apa
yang saya inginkan.
Saya minta maaf jika ungkapan kekesalan ini bisa
jadi menyinggung kalian. Bagaimanapun itu karya kalian yang harus di apresiasi.
Tapi begitulah. Saya yakin diluar sana yang memiliki tujuan sama akan mengalami
apa yang saya rasakan.
Tetapi tidak sepenuhnya harus disalahkan. Seorang
pembaca yang mencari dan hendak membeli buku seperti itu juga harus jeli.
Kadangkala pembaca yang haus akan ilmu kepenulisan lebih tinggi keinginanya dan
melupakan kecermatan. Memang diluar sana banyak buku yang beredar tentang
kepenulisan, akan tetapi dengan kecermatan dan kejelian, kalian bisa menemukan
buku yang diinginkan. Tentunya sesuai dengan isi.
Nah, saya akan sedikit berbagi wejangan tentang pemilihan
buku agar tidak menyesal. Ini pengalaman saya saja. Karena selain pernah di
gantungin sama Doi, juga pernah ditipu soal buku zonk. Selain kejelian dan
kecermatan, kalian juga harus menggunakan logika. Semisal, buku koleksi saya
yang berjudul ‘Cara dan Menulis Produktif
Menulis Buku’ lalu di tulisan bawah judulnya, penghasilan meningkat, nama populer dan sering diundang pembicara
utama,,,,. Lihat, betapa tidak logisnya. Tapi disisi lain, terus terang, saya
juga masih pendek akalnya. Akhirnya terbengkalai bukunya di gudang. Masih ada
beberapa buku lagi yang di beliin oleh bapak dan ternyata sama. Dari pengalaman
situlah saya akhirnya bisa mendapatkan buku yang diinginkan. Tentunya sesuai
kriterianya.
Bisa jadi dari siapa penulisnya atau pengantar dari
buku tersebut. Dari situ kita bisa menebak isi bukunya yang berkualitas. Karena
penulis yang besar akan mempertaruhkan nama baiknya. Pun begitu oleh pengantar
buku tersebut. Jadi coba dilihat siapa penulisnya dan pengantarnya. Kalian juga
harus punya wawasan luas tentang penulis-penulis buku, ya?
Sebentar-sebentar, udah adzan ya... umm.. gitu
sajalah! semoga tulisan dari seorang penjual sempak ini sedikit
bermanfaat. Kapan-kapan mampir yak, sempak yang usang mbok ya
diganti
yang baru. Guyonan, lho,
ya. Lagian Saya bukan penjual sempak
kok.
Omong-omong dari tadi tahu sempak
enggak,
sih?
Comments
Post a Comment