Perempuan Kecil Itu.

Perempuan itu seperti Dia; Berpostur kecil.


ya?

Itu kesan pertama saat Saya melewati jalan Asparagus menuju jalan raya. Waktu itu Saya mengendarai motor scoopy 14’. Berkecepatan antara 20 km per jam Saya masih bisa menikmati setiap perjalanan. Hampir diujung jalan Saya melihat seorang Perempuan kecil memjinjing helm sedang menuju kearah yang sama. Kupikir jika masih jauh Saya niatkan untuk menawarkan tebengan kepadanya. Meski Saya yakini Perempuan kecil itu akan menolak dan lebih meneruskan berjalan kaki. Saya mendahului sambil sedikit menengok ke kanan  kearah Perempuan kecil itu. Bentuk wajah Perempuan kecil itu ternyata seorang remaja dan memberi mimik memelas pada siapapun yang melihatnya. Postur badanya  kira-kira seperempat tiang telkom, ukuran untuk setinggi bocah menengah pertama. Juga tidak terlalu kurus atau gendut. Nampaknya Dia terlalu percaya diri mengenakan setengah gamis yang sedikit kepanjangan. Namun jilbab hijau toska serasi dengan warna kulitnya. Seperti Perempuan senja yang terakhir kali kunyanyikan sebuah lagu ‘bersama bintang’.

Kini, Saya sudah tepat diujung jalan dan hendak menyebrang. Jalanan masih terlalu ramai untuk Saya dapatkan celah. Saya menengok kebelakang kepada Perempuan kecil itu tadi yang beberapa meter segera tiba, mendadak Saya jadi teringat seseorang. Sudah kecil lalu raut wajahnya hampir persis. Saya jadi menunda untuk menyebrang dan meneruskan untuk memperhatikan. Bedanya, ada titik hitam dibawah bibir. Memang, sedikit manis jika dibandingkan. Namun semuanya hampir mirip dengan Perempuan Senja. Maaf, tapi Saya lebih suka menamai Dia dengan Perempuan Senja. Agar terkesan bahwa Dialah satu-satunya wanita yang Saya cintai. Dulu, 20 tahun silam.

Disisi jalan raya—ujung jalan itu Saya juga menjumpai seorang Lelaki yang tengah menunggu. Duduk diatas Supra fit sebelah pangkalan becak. Saya juga penasaran siapa yang ditunggu oleh Lelaki berkemeja kotak rapih ini. Saya jadi tak benar-benar fokus untuk menyebrang. Dugaanku Lelaki itu tengah menunggu Perempuan kecil itu yang Saya pikir itu mirip kekasih Saya 20 tahun silam. Sebentar-sebentar resah, sebentar-sebentar menengok jam pada Smartphone. Namun, ekspresi wajahnya tak mampu disembunyikan. Seperti ekspresi kerinduan ingin bertemu kekasih. Ah, Saya hanya menebak saja kira-kira begitu.

Sebentar lagi sampai, jalanan mulai menanjak. Perempuan kecil itu menguatkan langkah. Saya bisa merasakan betapa aliran nafas gemburuhnya menggelora. Dan taukah? perempuan kecil itu mengenakan sendal dengan lapisan tebal. Sama apa yang seseorang Saya maksud sering pakai. Oh, jadi benar ya; tidak salah Saya  dalam menyamakan. 

Saya cukup lama memperhatikan dan membuang anggapan Abang penarik becak terhadap Saya; jadi niat menyebrang atau tidak, sih? bisa jadi kesal melihat tingkah Saya. Tapi Saya tak peduli. Perempuan kecil itu juga telah melupakan niat sebentar Saya ke suatu tempat. Seolah-olah Dia menghinoptis dengan cinta. Semua jadi entah kemana.

Walaupun hampir tiba perempuan kecil itu tetap terburu-buru. Mungkin telah terlambat menit dari yang sudah dijanjikan. Alhasil perempuan kecil itu tersandung dan terpleset. Wajahnya berubah jadi kesal pada kerikil yang berhasil membuat langkahnya tertunda dan bersamaan merintih kesakitan. Sempat berhenti dan mengecek luka kakinya. Semestinya tidak akan terjadi  jika Saya disampingnya lalu mengingatkan untuk tidak terburu-buru. Seperti ketika Saya mengingatkan untuk tidak bermain Smartphone saat menuruni anak tangga. Apalagi memakai sendal lapisan tebal untuk menuruni perbukitan. Tentu menghawatirkan bagi keselamatanya. Tapi Saya yakin Dia memakainya demi kesempurnaan dimata Saya.  Untungnya Dia menuruti dan Dia baik-baik saja.  Tidak seperti Perempuan kecil itu yang menginginkan kesempurnaan sebagai wanita, tetapi kadang justru membahayakan dirinya sendiri. Padahal saat pergi dengan cinta, dimata cinta semua akan terlihat sempurna.

Setelah tiba dugaan Saya benar. Lelaki itu menunggu Perempuan kecil itu tadi. Dengan bahagianya mereka bertemu. Entah mereka saling membicarakan apa. Perempuan kecil tadi memakai helm nya dan menaiki dibelakangnya. Perempuan kecil itu tampak sangat girang. Luka kecil tadi mungkin sudah terobati saat bertemu dengan cinta. Cinta juga bagian dari awal sebuah pertemuan yang terisi oleh rasa rindu. Mereka pergi dan melintas didepan. Saya pun menyebrang dan melanjutkan perjalanan setelah terlepas pengaruh dari rapalan sihir Perempuan kecil itu.
Tapi ada satu yang mengganjal dalam pikirku tentang Perempuan kecil itu saat melintas. Saya menemukan lagi pada Perempuan kecil itu. Ternyata Merek dan logo sendalnya sama apa yang seseorang Saya maksud. Sendal yang pernah dipakai oleh kekasih Saya 20 tahun silam. Owalah... pasaran banget yak? Haha...



#Ditemani musik oleh Nothing’s gonna change my love for you’. Terimakasih pada perempuan kecil (mbuh sopo jenengmu) yang telah menginspirasi sehingga menambah beban untuk saya pindah kelain hati. Krik-krik...

Comments

Popular posts from this blog

Tresno Joyo

Ringkas Saja Ngomongin Proses Pembuatan Film

Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara