Nonton film daerah
Dorr!!!
Sebagai bentuk appresiasi film-film daerah dan memang saya suka nonton film juga, jadi, saya niatkan untuk berencana nonton film. Apalagi film itu merupakan produksi karya anak Pemalang; Kota kelahiran saya sendiri. Kayak sebuah kebanggaan saja bisa nonton film produksi Kota Gromyang. Biasanya kan saya nonton film yang kapasitasnya sudah—apa ya—bisa dibilang bener-bener itu, film. Dibuat dengan—duh enggak bisa berkata-kata deh. Itu pasti rumit sekali prosesnya.
Film ketiga; sebentar, apa, ya. Saya inget-inget lagi*buka catatan*. Emm... Ibumi! Ya Ibumi. Film ini menceritakan kehidupan keluarga yang bergantung dari hasil tanaman. Betapa susahnya hidup sebagai penjual benih jati. Hingga pada akhirnya, tokohnya (lupa nama pemeranya) menyerah. Kalo tidak salah gilak atau ingin masuk dalam rahim ibu. yah, film ini menyedihkan sekali sampe-sampe sebelah saya agak berat nafasnya.
Anyway, film terakhir adalah Bedogan. Awalnya, kata bedogan sendiri agak asing bagi saya, tapi, setelah itu sebelah saya bilang sewaktu kecil jangan keluar main di sawah kalo waktu dhuhur. Baru saya inget. Ya menceritakan tentang tokoh si bedogan. film ini termasuk kategori horor atau thriller ya? Saya sendiri agak bingung, tapi film ini menurutku keterpaduan keduanya yang pada akhirnya, justru bedogan itu adalah perempuan itu sendiri, yang mana kekasihnya sendiri. Disini nih yang saya katakan thriller. Selebihnya horor kayaknya. Hihi...
Sebagai bentuk appresiasi film-film daerah dan memang saya suka nonton film juga, jadi, saya niatkan untuk berencana nonton film. Apalagi film itu merupakan produksi karya anak Pemalang; Kota kelahiran saya sendiri. Kayak sebuah kebanggaan saja bisa nonton film produksi Kota Gromyang. Biasanya kan saya nonton film yang kapasitasnya sudah—apa ya—bisa dibilang bener-bener itu, film. Dibuat dengan—duh enggak bisa berkata-kata deh. Itu pasti rumit sekali prosesnya.
Adalah yang membuat saya berkeinginan nonton, ya,
tentu penasaran! Kayak apa sih film yang diproduksi oleh kakak-kakak Pemalang? Cie...
berasa masih SMA. Nah, saat itu saya bener-bener kepengen tahu. Soalnya ada film
salah satu tetangga kota saya yang film daerahnya menembus penghargaan internasional.
Itu kan hebat syekali *muncrat kemana-mana*
Awal dari rencana nonton film ini saya menemukan
sebuah twitt dari akun @kabarpemalangID yang mengadakan nobar (nonton bareng) film produksi anak Pemalang. Uh,
saya langsung excited! Halah! Lalu, Saya
catat tanggal main dan waktunya; hanya untuk memastikan bahwa jadwalnya tidak
benturan dengan apapun; baik kerjaan atau kuliah. Sejenak... dan yaah, saya
rasa minggu ini merupakan keberuntungan bagi saya. saya bisa nonton! Uwuwuu...
(bisa bayangin kan kalo laki-laki ganteng lagi bahagia? Kira-kira akan
mengekspresikan yang—tahu sendirilah, eakks)
Sejurus kemudian tentu ini akan menjadi agenda yang
menyenangkan saat harus menonton dengan temen dekat. Enggak asiklah ya kalo
cuma nonton sendiri. Jadi saya langsung chat kepada seseorang disana. Pertama,
ambil hape. Kedua, mulai mengetik. Ketiga, klik send. Pesan sudah terkirim. 2 menit. 10 menit. Belum dibaca juga. Saya
masih menunggu. 30 menit kemudian baru dibaca. Sudah dibaca tapi belum dibales
juga.* Hape dilempar!*
Kriinggzzz...
“Sebentar, aku liat jadwal kerjaan dulu, ya.” Bales
dia, akhirnya.
Sambil menunggu jawaban dari sana yang sepertinya
tak kalah sibuk dari saya, mari Kita lanjutkan. Satu hal, apapun jawabanya,
saya tetap akan menonton! Bisa atau tidak bisa saya harus nonton. Disini memang
agak lama sih nunggunya. Tapi lumayan buat isi-isi tulisan. Wkwk... tapi ya
udahlah.
Ada empat judul film yang akan tayang sesuai dengan
promo di twitter yaitu; Lara, Ibumi, Pahlawan 2000an dan judul film yang
tulisanya pake font paling besar adalah Bedogan. Mungkin film ini adalah film
utama, saya mikir begitu. Nanti deh saya akan ceritakan sedikit tentang
film-film itu tadi, mudah-mudahan saya masih ingat, yah? *pasang wajah kyut*
halah!
~satu minggu kemudian~
Saat tiba penayangan, serius, Kaffe Wapress-JK yang jadi tempat nobar ini,
parkiranya sudah panjang beud (baca: banget!). Depan kaffe itu juga banyak
orang menunggu disana. Sepertinya bukan saya saja yang penasaran, anak-anak
muda lainya juga. Mereka lebih antusias; mereka datang dengan rombongan; mungkin
temen sekolah, temen nongkrong, bisa jadi temen satu geng begal. Tapi disana ada
satu perempuan cantik yang berdiri dibelakang meja. Riasanya simpel, barangkali
sebagai bentuk formalitas saja karena memang pada dasarnya cantik.
Biar tidak
penasaran saya gambarkan perempuan itu, eghem!; Alisnya bagus, tebal, natural
dan bukan buatan pensil alis atau kayak zaman sekarang yang bentuknya
aneh-aneh; naudzubillah... wkwk. Lalu, soal hidung. Sebentar, kalo soal hidung
kok saya menceritakanya agak risih, gitu, ya, tau kenapa? Hahahihi! Balik lagi,
fokus!
Perempuan itu hidungnya sih biasa, enggak terlalu
mancung dan tidak pula em... maaf ya barangkali menyinggung kalian, pesek! Juga
lazimnya perempuan cantik dia memiliki bibir tipis yang mungil. Kulitnya
cerah ditambah bajunya hitam udah gitu
tempatnya agak gelap, uh kayak berjalan menuju cahaya pintu surga gitu
*krik-krik*
Bukannya jelalatan nih, lho, sebagai pemilik mata
lelaki saya biasa melihat kecantikan mahluk satu ini dengan amat detil. Dan
satu hal lagi, perempuan itu memilki dada yang berisi. Tapi bukan hal itu yang
menjadi pemandangan yang menarik, melainkan kemirisan bahwa di depan dadanya
ada sebuah tulisan. Saat saya berhasil mengeja tulisan berwarna merah ternyata
sebuah tulisan merk rokok. Perempuan
itu tak bukan adalah Sales Promo Girl
rokok tersebut. Saya sedikit menyayangkan kenapa, sih, harus ada sponsor rokok.*mendadak baper* Sebagai generasi anti
rokok seharusnya acara anak muda sebaik ini akan lebih baik tanpa sponsor
rokok. Itu, tuh, sama saja kayak ngajak ngerokok rame-rame. Inget gitu kalo ada bungkus rokok bertulisan merokok membunuhmu. Tahu tapi pura-pura
enggak tahu. Sangat disayangkan!
Saya samperin perempuan itu yang berdiri tepat
diatas papan”pembelian tiket”dan membeli tiket. Harga tiketnya 20k fee satu bungkus rokok dan kupon yang
bisa ditukarkan minuman. Setelah saya mendapatkan tiket, rokoknya saya buang
dan kuponya saya tukarkan dengan ice
chocolate: aslinya, sih, Es coklat!
Wkwk tapi beneran rasa coklat, eh!
Tapi, menurut kalian gimana harganya sangat pas di
kantong kan, ya?
Ini juga alasan saya kenapa menjadi agenda yang
menarik saat bersama temen dekat, ya, karena
murah. Haha...
Kemudian saya memilih tempat duduk yang ternyaman
dan sudut pandang yang paling baik. Oh ya, sebelum dimulai, ternyata ada
pertunjukan live music,lho... Maaf saya lagi-lagi pake istilah yang keren,
tapi menurutku emang ada yang perfom musik dari Kak July Kantari, Sege berkat
Feat Mbah Salam. Mereka memainkan lagu—kalo tidak salah milik— Ebit G Ade.
Membawakanya dengan akustik dan gesekan biola yang romantis. Malam yang begitu indah,
ya?
Ruangan sudah gelap, itu tandanya film akan diputar.
Suasana mulai hening. Ada suara himbauan untuk tidak merekam. Dan saya mulai
menikmati... *sambil menyedot es coklat,eh, ice
chocolate; penyebutan sesuai daftar menu*
Disini saya akan menceritakan film saja. Masa iya
mau cerita saya dengan seseorang di kegelapan? Itu kan rahasia pribadi, wkwk.
Pertama:Lara,
film ini menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang patah hati. Dari
judulnya saja sudah ketebak, lara berarti luka atau sakit. Diceritakan, seorang
perempuan yang keseharianya penyanyi kaffe sudah lama berpacaran. Ketika orang
tua dari perempuan mendesak untuk segera menikahkan anaknya, tetapi selalu
beralasan. Bersamaan itu kemudian si perempuan tanpa sengaja memergoki
kekasihnya dengan perempuan lain yang tengah hamil. Ternyata pasanganya... Saat
itu juga, perempuan itu lara. Oke, menurutku film ini terlalu klise. Biasa
banget. Harap maklum mungkin masih belajar. Tapi semuanya bagus.
Film
kedua; film selanjutnya adalah Pahlawanan 2000an. Sebelum
mengulasi ini saya telah menonton semua film dan diantara film yang ditayangkan,
film ini yang menurutku paling epic,
paling bagus diantara film lainya. Dari segi tema saja, mengambil tema yang
sepele. Katakanlah remeh-temeh yaitu tentang tolong menolong tanpa bisa dengan
imbalan. Iya, ada sepeda milik bapaknya yang baru beli hilang. Bapak itu
mencari kemana-mana tapi tidak ada yang melihat ataupun membantu. Tapi ketika
si bapak menawarkan sejumlah uang untuk dicarikan, ternyata orang lain mau
membantu. Kira-kira begitu. Agak sedih sih memang, tapi entah kenapa, bahasa
daerahnya ituloh bikin mengalihkan; lucu. Satu hal, lagu latar belakangnya itu nelangsa
sekali. Omong-omong judul lagunya apa ya, Kak?
Film ketiga; sebentar, apa, ya. Saya inget-inget lagi*buka catatan*. Emm... Ibumi! Ya Ibumi. Film ini menceritakan kehidupan keluarga yang bergantung dari hasil tanaman. Betapa susahnya hidup sebagai penjual benih jati. Hingga pada akhirnya, tokohnya (lupa nama pemeranya) menyerah. Kalo tidak salah gilak atau ingin masuk dalam rahim ibu. yah, film ini menyedihkan sekali sampe-sampe sebelah saya agak berat nafasnya.
Anyway, film terakhir adalah Bedogan. Awalnya, kata bedogan sendiri agak asing bagi saya, tapi, setelah itu sebelah saya bilang sewaktu kecil jangan keluar main di sawah kalo waktu dhuhur. Baru saya inget. Ya menceritakan tentang tokoh si bedogan. film ini termasuk kategori horor atau thriller ya? Saya sendiri agak bingung, tapi film ini menurutku keterpaduan keduanya yang pada akhirnya, justru bedogan itu adalah perempuan itu sendiri, yang mana kekasihnya sendiri. Disini nih yang saya katakan thriller. Selebihnya horor kayaknya. Hihi...
Itu tadi film-film yang berhasil saya ulas. Meski
tidak lengkap (penokohan, latar, setting) kira-kira begitu gambaranya. Oh ya,
film-film itu tadi disampaikan dengan bahasa khas daerah, lho. Kedengaranya
agak gimana, gitu. Terakhir, maksud saya disini hanya untuk mengapresiasai dan
menghargai kreatifitas saja. Tanpa niat buruk apapun. Semoga film daerah
Pemalang semakin berkembang dan maju.
Itu saja, sih, aku takut terlalu panjang. Lagian
saya mengetiknya sudah capek, jangan sampai saya mengatakan, Abang lelah, Dek. Mengetik enggak
selebay itu, yaaah!
Ini kok Es Coklatnya habis, sih? Bocor kali?
# Menulis saja. Enggak ada keterangan apa-apa.
Comments
Post a Comment