Nonton film daerah

Dorr!!!

Sebagai bentuk appresiasi film-film daerah dan memang saya suka nonton film juga, jadi, saya niatkan untuk berencana nonton film. Apalagi film itu merupakan produksi karya anak Pemalang; Kota kelahiran saya sendiri. Kayak sebuah kebanggaan saja bisa nonton film produksi Kota Gromyang. Biasanya kan saya nonton film yang kapasitasnya sudah—apa ya—bisa dibilang bener-bener itu, film. Dibuat dengan—duh enggak bisa berkata-kata deh. Itu pasti rumit sekali prosesnya.

Adalah yang membuat saya berkeinginan nonton, ya, tentu penasaran! Kayak apa sih film yang diproduksi oleh kakak-kakak Pemalang? Cie... berasa masih SMA. Nah, saat itu saya bener-bener kepengen tahu. Soalnya ada film salah satu tetangga kota saya yang film daerahnya menembus penghargaan internasional. Itu kan hebat syekali *muncrat kemana-mana*






ini saya ambil dari twitter

Awal dari rencana nonton film ini saya menemukan sebuah twitt dari akun @kabarpemalangID yang mengadakan nobar  (nonton bareng) film produksi anak Pemalang. Uh, saya langsung excited! Halah! Lalu, Saya catat tanggal main dan waktunya; hanya untuk memastikan bahwa jadwalnya tidak benturan dengan apapun; baik kerjaan atau kuliah. Sejenak... dan yaah, saya rasa minggu ini merupakan keberuntungan bagi saya. saya bisa nonton! Uwuwuu... (bisa bayangin kan kalo laki-laki ganteng lagi bahagia? Kira-kira akan mengekspresikan yang—tahu sendirilah, eakks)

Sejurus kemudian tentu ini akan menjadi agenda yang menyenangkan saat harus menonton dengan temen dekat. Enggak asiklah ya kalo cuma nonton sendiri. Jadi saya langsung chat kepada seseorang disana. Pertama, ambil hape. Kedua, mulai mengetik. Ketiga, klik send. Pesan sudah terkirim. 2 menit. 10 menit. Belum dibaca juga. Saya masih menunggu. 30 menit kemudian baru dibaca. Sudah dibaca tapi belum dibales juga.* Hape dilempar!*

Kriinggzzz...

“Sebentar, aku liat jadwal kerjaan dulu, ya.” Bales dia, akhirnya.

Sambil menunggu jawaban dari sana yang sepertinya tak kalah sibuk dari saya, mari Kita lanjutkan. Satu hal, apapun jawabanya, saya tetap akan menonton! Bisa atau tidak bisa saya harus nonton. Disini memang agak lama sih nunggunya. Tapi lumayan buat isi-isi tulisan. Wkwk... tapi ya udahlah.
Ada empat judul film yang akan tayang sesuai dengan promo di twitter yaitu; Lara, Ibumi, Pahlawan 2000an dan judul film yang tulisanya pake font paling besar adalah Bedogan. Mungkin film ini adalah film utama, saya mikir begitu. Nanti deh saya akan ceritakan sedikit tentang film-film itu tadi, mudah-mudahan saya masih ingat, yah? *pasang wajah kyut* halah!

~satu minggu kemudian~

Saat tiba penayangan, serius,  Kaffe Wapress-JK yang jadi tempat nobar ini, parkiranya sudah panjang beud (baca: banget!). Depan kaffe itu juga banyak orang menunggu disana. Sepertinya bukan saya saja yang penasaran, anak-anak muda lainya juga. Mereka lebih antusias; mereka datang dengan rombongan; mungkin temen sekolah, temen nongkrong, bisa jadi temen satu geng begal. Tapi disana ada satu perempuan cantik yang berdiri dibelakang meja. Riasanya simpel, barangkali sebagai bentuk formalitas saja karena memang pada dasarnya cantik.
Biar tidak penasaran saya gambarkan perempuan itu, eghem!; Alisnya bagus, tebal, natural dan bukan buatan pensil alis atau kayak zaman sekarang yang bentuknya aneh-aneh; naudzubillah... wkwk. Lalu, soal hidung. Sebentar, kalo soal hidung kok saya menceritakanya agak risih, gitu, ya, tau kenapa? Hahahihi! Balik lagi, fokus!

Perempuan itu hidungnya sih biasa, enggak terlalu mancung dan tidak pula em... maaf ya barangkali menyinggung kalian, pesek! Juga lazimnya perempuan cantik dia memiliki bibir tipis yang mungil. Kulitnya cerah  ditambah bajunya hitam udah gitu tempatnya agak gelap, uh kayak berjalan menuju cahaya pintu surga gitu *krik-krik*

Bukannya jelalatan nih, lho, sebagai pemilik mata lelaki saya biasa melihat kecantikan mahluk satu ini dengan amat detil. Dan satu hal lagi, perempuan itu memilki dada yang berisi. Tapi bukan hal itu yang menjadi pemandangan yang menarik, melainkan kemirisan bahwa di depan dadanya ada sebuah tulisan. Saat saya berhasil mengeja tulisan berwarna merah ternyata sebuah tulisan merk rokok. Perempuan itu tak bukan adalah Sales Promo Girl rokok tersebut. Saya sedikit menyayangkan kenapa, sih, harus ada sponsor rokok.*mendadak baper* Sebagai generasi anti rokok seharusnya acara anak muda sebaik ini akan lebih baik tanpa sponsor rokok. Itu, tuh, sama saja kayak ngajak ngerokok rame-rame. Inget gitu kalo ada bungkus rokok bertulisan merokok membunuhmu. Tahu tapi pura-pura enggak tahu. Sangat disayangkan!

Saya samperin perempuan itu yang berdiri tepat diatas papan”pembelian tiket”dan membeli tiket. Harga tiketnya 20k fee satu bungkus rokok dan kupon yang bisa ditukarkan minuman. Setelah saya mendapatkan tiket, rokoknya saya buang dan kuponya saya tukarkan dengan ice chocolate: aslinya, sih,  Es coklat! Wkwk tapi beneran rasa coklat, eh!
Tapi, menurut kalian gimana harganya sangat pas di kantong kan, ya?
Ini juga alasan saya kenapa menjadi agenda yang menarik saat bersama temen dekat, ya, karena
murah. Haha...

Kemudian saya memilih tempat duduk yang ternyaman dan sudut pandang yang paling baik. Oh ya, sebelum dimulai, ternyata ada pertunjukan live music,lho...  Maaf saya lagi-lagi pake istilah yang keren, tapi menurutku emang ada yang perfom musik dari Kak July Kantari, Sege berkat Feat Mbah Salam. Mereka memainkan lagu—kalo tidak salah milik— Ebit G Ade. Membawakanya dengan akustik dan gesekan biola yang romantis. Malam yang begitu indah, ya?

Ruangan sudah gelap, itu tandanya film akan diputar. Suasana mulai hening. Ada suara himbauan untuk tidak merekam. Dan saya mulai menikmati... *sambil menyedot es coklat,eh, ice chocolate; penyebutan sesuai daftar menu*

Disini saya akan menceritakan film saja. Masa iya mau cerita saya dengan seseorang di kegelapan? Itu kan rahasia pribadi, wkwk.

Pertama:Lara, film ini menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang patah hati. Dari judulnya saja sudah ketebak, lara berarti luka atau sakit. Diceritakan, seorang perempuan yang keseharianya penyanyi kaffe sudah lama berpacaran. Ketika orang tua dari perempuan mendesak untuk segera menikahkan anaknya, tetapi selalu beralasan. Bersamaan itu kemudian si perempuan tanpa sengaja memergoki kekasihnya dengan perempuan lain yang tengah hamil. Ternyata pasanganya... Saat itu juga, perempuan itu lara. Oke, menurutku film ini terlalu klise. Biasa banget. Harap maklum mungkin masih belajar. Tapi semuanya bagus.

Film kedua; film selanjutnya adalah Pahlawanan 2000an. Sebelum mengulasi ini saya telah menonton semua film dan diantara film yang ditayangkan, film ini yang menurutku paling epic, paling bagus diantara film lainya. Dari segi tema saja, mengambil tema yang sepele. Katakanlah remeh-temeh yaitu tentang tolong menolong tanpa bisa dengan imbalan. Iya, ada sepeda milik bapaknya yang baru beli hilang. Bapak itu mencari kemana-mana tapi tidak ada yang melihat ataupun membantu. Tapi ketika si bapak menawarkan sejumlah uang untuk dicarikan, ternyata orang lain mau membantu. Kira-kira begitu. Agak sedih sih memang, tapi entah kenapa, bahasa daerahnya ituloh bikin mengalihkan; lucu.  Satu hal, lagu latar belakangnya itu nelangsa sekali. Omong-omong judul lagunya apa ya, Kak?

Film ketiga; sebentar, apa, ya. Saya inget-inget lagi*buka catatan*. Emm... Ibumi! Ya Ibumi. Film ini menceritakan kehidupan keluarga yang bergantung dari hasil tanaman. Betapa susahnya hidup sebagai penjual benih jati. Hingga pada akhirnya, tokohnya (lupa nama pemeranya) menyerah. Kalo tidak salah gilak atau ingin masuk dalam rahim ibu. yah, film ini menyedihkan sekali sampe-sampe sebelah saya agak berat nafasnya.

Anyway, film terakhir adalah Bedogan. Awalnya, kata bedogan sendiri agak asing bagi saya, tapi, setelah itu sebelah saya bilang sewaktu kecil jangan keluar main di sawah kalo waktu dhuhur. Baru saya inget. Ya menceritakan tentang tokoh si bedogan. film ini termasuk kategori horor atau thriller ya? Saya sendiri agak bingung, tapi film ini menurutku keterpaduan keduanya yang pada akhirnya, justru bedogan itu adalah  perempuan itu sendiri, yang mana kekasihnya sendiri. Disini nih yang saya katakan thriller. Selebihnya horor kayaknya. Hihi...
Itu tadi film-film yang berhasil saya ulas. Meski tidak lengkap (penokohan, latar, setting) kira-kira begitu gambaranya. Oh ya, film-film itu tadi disampaikan dengan bahasa khas daerah, lho. Kedengaranya agak gimana, gitu. Terakhir, maksud saya disini hanya untuk mengapresiasai dan menghargai kreatifitas saja. Tanpa niat buruk apapun. Semoga film daerah Pemalang semakin berkembang dan maju.
Itu saja, sih, aku takut terlalu panjang. Lagian saya mengetiknya sudah capek, jangan sampai saya mengatakan, Abang lelah, Dek. Mengetik enggak selebay itu, yaaah!
Ini kok Es Coklatnya habis, sih? Bocor kali?

# Menulis saja. Enggak ada keterangan apa-apa.

Comments

Popular posts from this blog

Tresno Joyo

Ringkas Saja Ngomongin Proses Pembuatan Film

Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara