Perempuan yang pernah menjadi rasa kemudian entah


Perempuan dibalik senja

Ketika saya ingat-ingat kembali kepada siapa pertama kali perempuan yang telah membuat saya jatuh hati— nyatanya tidak berhasil; sepertinya ingatan saya terlalu penuh atau memang ada ratusan nama perempuan didalam otak saya, atau meskipun tersimpan dengan modal wajah tetap saja nihil. Sama sekali tidak saya temukan. Berusaha keras dengan ingatan adalah hal yang paling sulit. Sia-sia. Pengecualian ada satu-dua nama dan wajah dari masa lalu. Dari nama sampai mimik muka saat terakhir kali senyum saya masih ingat. Kenapa memori pilih kasih sekali terhadap satu-dua perempuan itu saja. Konon, hati yang memberitahukan pada ingatan saya. Ya sudah kalo begitu. Karena dalam hidup ‘hati’ merupakan maha tahu untuk diri kita sendiri, bukankah begitu? Baiklah, karena merasa risih saya abaikan dan saya akan memulai dengan perempuan yang baru-baru ini saya jumpai saja. Jumpa dengan hati yang sedang berbahagia.


Kepada perempuan yang pernah menjadi rasa kemudian entah, merupakan laiknya seorang Pria SMA yang diam-diam suka kepada perempuan dalam satu sekolah atau sebaliknya. Biasanya dalam satu waktu tertentu kita selalu menyempatkan sekedar untuk melihat Dia berjalan ke kantin, atau memastikan baik-baik saja saat melangkah naik angkutan umum, atau melihat Dia sedang berbicara dengan teman-temanya. Itu kebahagian yang luar biasa. Sejauh itu, Kita ingin berkenalan jika belum tahu namanya. Agar mendapatkan sebuah nama Dia, butuh keberanian luar biasa supaya Kita bisa menyapa dengan manis. Berbagai cara kita lakukan, seringnya sebuah perkenalan berujung pada sepucuk surat. Semua rahasia tertulis disana. Namun ada yang tersampai atau tercecer disudut lain.


Sayang, kisah yang berlarut-larut dan tidak ada perubahan baik hingga berbalik haluan rasa yang pernah ada ke lain hati. Bisa jadi membiarkan menguap begitu saja dan menganggap semua itu hal konyol yang harus dihentikan karena tanpa jawaban atau menyadarkan bahwa ia bukan siapa-siapa; dirinya sebagai mahkluk lemah. Atau keberuntungan bukan pada dirinya hingga kenyataan ini sebagai sebuah patah hati, ada juga. Semua itu sebagai alasan yang menjadi jawaban.


Sore
Dear, Perempuan pemintal benang, selamat pagi? Jika masih pagi akan saya ucapakan seperti saat masuk saya ucapkan pada security, untukmu. Kau disitu baik-baik sajakah? saya takut telingamu akan sakit dengan suara alat pemintal yang kamu sentuh dengan halus dan luwes. Tapi bagi saya suara alat pemintal itu seperti kamu menyanyi dengan alunan akustik dengan lagu nothing’s gonna change my love for you; sangat merdu. Oh, ya, Jangan lupa selalu senyum, gingsulmu cantik sekali.


Dear, Perempuan berkalung biru, assalamualaikum? Kamu anak bagian mana sih? kadang kamu keluar digedung sebelah. Kadang di segerombolan perempuan yang kalo istirahat mendadak lantai bergetar semua. Matamu teduh, aku suka bola matamu; Seolah berada di dekat danau yang kanan-kirinya dikelilingi pohon ek; Aku ingin selalu berada disana. Saya sempat melihat kamu sedang menunggu tapi, sudahlah. Hati-hati di jalan ya? Selamat beristirahat.



Dear, perempuan berbibir meronah. Hai? Tiba-tiba saja saya suka bibir merahmu. Meski sejatinya, awalnya saya tidak suka perempuan bersolek berlebihan. Tapi saat kamu yang memakai saya jadi terpikat dan sesekali ingin mencicipi bibirmu. Diantara lainya kamu perempuan terkuat, saya tahu tanpa sengaja saat melintas. Bisakah kita berbicara sebentar walau saya sejujurnya berbasa-basi? Hanya untuk mendengar suaramu yang katanya aduhai. Kamu terlalu mahal sepatah kata. Serius amat kayaknya. Terimakasih kalkulatornya dan bolpointnya, ya?

Comments

Popular posts from this blog

Tresno Joyo

Ringkas Saja Ngomongin Proses Pembuatan Film

Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara