Lelaki Itu dan Lelaki Pendengar yang Bercerita



Kalo ada yang heran dengan lelaki disana yang barusan kebingungan hendak menuliskan sesuatu, Itu wajar. Jika baru ketemu dengan lelaki itu, orang-orang memang selalu mengatakan hal-hal yang bertanya. Apalagi setelah berhasil disapa dan beberapa kalimat keluar dari mulutnya yang khas. Saya sering mendapati cerita orang yang penasaran dan berujar; Siapa sih yang kalo ngomong pake Bahasa Indonesia? mana anaknya? Sampai saya yang mendengar sendiri jadi sarkas. Kalo tidak salah kejadianya itu di pabrik. Benar, Lelaki itu ternyata memang  bekerja disana; saya juga sering jumpa. Saya pernah mendengar sendiri tatkala diluar tempat kerjanya, saya pernah menemuinya dijalan, memperhatikan lelaki itu berbicara (lebih tepatnya berbasa-basi ramah dengan pembeli) lalu ujung-ujungnya—Mbaknya—lawan bicaranya, akhirnya nyeletuk, "Masnya asli mana, sih?" dan Lelaki itu hanya menjawab seraya sedikit ramahnya.

 Lelaki itu memang sudah dikenal dengan ‘R-i-an’ dikalangan karyawan buruh pabrik. Lelaki itu memang ciri khasnya begitu, hidup di kampung tapi kalo ngomong suka pake Bahasa Indonesia. Reaksinya bermacam-macam, ada yang keheranan tapi tak diungkapin dan mengikuti saja; membalas diri dengan bahasa indonesia meski dialek lokalnya lebih kental dan itu lebih lucu dibandingin lelaki itu. Ada yang menepis; "Jangan pake bahasa indonesia, siiih..." (itu terjemah bahasa indonesia nya; seseorang mengatakan dengan bahasa lokalnya) lalu lawan bicaranya membalas dengan bahasa daerahnya yang khas. Berbagai reaksi juga ditanggapi dengan biasa saja (atau menerima), ada yang senyum-senyum (antara keheranya dan gemes:jarang yang memakai;bisa juga aneh), ada yang sedikit ngegass (mungkin seseorang sedang diapet! wahaha)

Namun saya mendengar sendiri, bahkan saya kenal dekat dengan Lelaki itu, dan cara berbicara dia bagus. Apa salahnya ketika berbicara dengan menggunakan bahasa indonesia? itu mencerminkan pribadi yang baik. Mungkin sedikit saja pembawaan dia yang sedikit berlebihan. Tidak terlalu kental juga dengan dialek dimana lelaki itu berasal, sepertinya memang sudah terbiasa. Atau Lelaki itu biasa berkomunikasi atau bertatap muka dengan orang akademisi. Mungkin! Tapi setelah saya kenal baik dengan Lelaki itu, dirinya memang berbeda. Ternyata dia sedang menempuh pendidikan. Berarti, ternyata dugaan saya benar.

Ada dugaan salah-seorang temanya mengatakan bahwa lelaki itu hanya menutupi dialek daerah asalnya yang khas dengan ngapaknya. Kata lelaki itu disanggah dan tidak benar. Lelaki itu mengatakan bahwa dia sering melakukan itu dimana saja dan dengan siapa saja. "Saya suka berbahasa indonesia," katanya. "Bangga!" imbuhnya.

Tetapi akhirnya setelah lama saya kenal dengan lelaki itu, banyak cerita soal dirinya berbahasa indonesia dan alasan kenapa dirinya berbahasa indonesia. Intinya memang sudah saya katakan sebelumnya tadi perihal tanggapan dirinya yang berbahasa indonesia. Salah satu ceritanya yaitu, ketika dirinya sedang lewat tatkala pulang jam pabrik dan dijalan disapa oleh teman setongkronganya. Kebetulan sekelilingnya adalah tempat mbak-mbak buruh pakbik pada nunggu mengambil sepeda motor atau sekedar istirahat bentar untuk siap-siap pulang dan dirinya membalas dengan berbicara bahasa indonesia, mereka yang tanpa sengaja mendengar pada senyum keheranan, "saya enggak sadar sekelilingnya," dia ketawa kecil. "Jadi malu sendiri," katanya, masih dengan sisa ketawanya.

Lain waktu dirinya juga pernah cerita atas keheranya sendiri. "Kenapa, ya, setiap orang atau temen, ketika berbicara dengan saya atau chattingan selalu membalas juga dengan bahasa indonesia?" lelaki itu lagi-lagi ketawa, sepertinya memang terhibur dengan cerita sendiri. Dirinya sebetulnya bisa memakai bahasa lokal tapi enggan menggunakanya. Ini juga penting, sebab inilah alasan dari lelaki itu.

“Sejak kecil saya punya kelainan dalam berbicara,” dia mulai bercerita. “Saya gagap,” lanjutnya, “Kamu bakalan tahu kalo jadi temen saya sedari kecil. Waktu itu saya tidak bisa bicara dengan lancar. Apalagi berbicara dengan awalan huruf vokal, terutama. Kamu tahu huruf vokal kan?” Dia bertanya, saya tahu pertanyaanya ditunjukan untuk apakah saya masih mendengarkan ceritanya atau tidak. Lalu saya jawab mengangguk sebagai tanda saya masih mendengarkan ceritanya dan mengerti maksud pertanyaan lelaki itu. “Dan biasanya akan bertambah parah jika saya ini merasa lelah, ketakutan, sesuatu yang bikin panik atau dalam masalah dan tertekan juga. Kelainan saya ini tergolong psikogenetik. Ketika hampir remaja saya mulai cari tahu dan cara penyembuhanya. Dan ternyata sampai sekarang ini tidak ada obatnya”, seketika wajahnya berubah sedikit cemas. “Maka saya mencoba terapi berbicara,” lanjutnya. “Pelan tapi pasti saya menemukan dan mencoba menggunakan bahasa indonesia. Dan, sampai sekarang. Jadi bahasa indonesia, menurutku, bukan sekedar bahasa, melainkan obat!” Akhirnya lelaki itu  tersenyum kembali. Ya begitulah cerita lelaki itu. Setelah lama bercerita dan dirinya kembali menatap ke layar netbuknya. Tanpa sengaja saya melihat layar netbuk miliknya. Diatas sendari tadi dirinya mengetik— paling atas— lelaki itu mengetik “Pendengar yang Bercerita” dengan huruf tebal dan ukuranya sedikit lebih besar dari yang lainya.

 

#Ditemani dengan kumpulan lagu milik Fourtwenty; Meninggalkan lelah di sabtu malam.

Comments

Popular posts from this blog

Tresno Joyo

Ringkas Saja Ngomongin Proses Pembuatan Film

Cerita Kalabahu 41: Lantangkan Suara