Perempuan lagi perempuan; Kita Berjodoh?
Basi banget ketika saya harus menulis tentang perempuan (lagi). Berulang kali saya menuliskan mahluk dengan kodratnya; melemahkan lelaki dengan segala kemampuanya yang luar biasa. Saya meyakini itu, sebab saya tidak akan mampu menahan diri ketika dia berada dekat saya.
Tak usah jauh jauh dia ini ada dimana mana. Tersebar di dunia; merata pula. Lagian Tuhan cuma menciptakan dua jenis doang sebagai manusia; Kita sama dia (Perempuan). Kita? Yess, brader! Saya engga mau dijadikan subyek tunggal sebagai lelaki. Sedangkan saya membicarakan jutaan kaum keturunan Hawa. Ini tidak sebanding, makanya saya ini adalah Kita sebagai lelaki.
Satu hal lagi mereka itu indah untuk diceritakan. Itulah mengapa saya banyak menuliskan perempuan, oh, sorry, bukan menulis, tapi menceritakan. Kalo mau dari awal bisa diubah menuliskan dengan menceritakan, cukup bacanya saja, saya males mengedit. Saya pernah menceritakan tentang kekasih saya, tentu dia perempuan, pasti cantik pula. Tapi saya engga mau dia dengar cerita ini. Saya takut rindu dan dikangenin. Lalu, perempuan perempuan lain saya pernah ceritakan: Perempuan Busway, Gadis Angkot, dan banyak lagi. Entah dimana cerita itu sekarang. Saya cerita disembarang tempat, ini juga kebiasaan buruk. Jangan ditiru.
Tentang kekaguman; Kok bisa secantik itu, ya?; Kepengen kenalan harus mulai dari mana?; Ah aku bisa apa denganmu. Judul cerita cerita itu yang saya pernah ceritakan pada kalian. Mungkin ada yang tahu tapi pastinya banyak yang engga tahu. Lagian siapa peduli dengan cerita orang seperti saya ini?
Tapi kali ini saya sedang dipengajian umum mingguan di Cilongok, Banten. Kebetulan, pembicaranya pake Bahasa Sunda jadi saya cerita saja. Pak Kyai punten, nyak? Bersama kawan saya yang bertemu tidak sengaja saya memilih duduk di pojokan masjid (bukan diberanda majlis). Juga sebelah Kami sepasang muda dengan satu anak berumur 10 bulan dan Ia sedang belajar jalan. Saya lihat nya seneng sebab ada bocah cilik lucu rambutnya kepang.
Saya perhatikan Bapaknya mundur mundur, anaknya menjaga keseimbangan sambil terus berjalan. Setelah mentok, suruh bapaknya balik ke tempat semula; tempat dimana anaknya mulai berjalan; tempat duduk ibunya. Terus berulang-ulang, kadang berganti dengan metode lain, biar mau berjalan. Disela sela itu bocah cilik disuapin biskuit, kemudian lanjut. Beberapa langkah kemudian terlihat merengek, ngusep-ngusep ke ibunya. Sepertinya minta nenen. Saya jadi mengalihkan pandangan. Risih sendiri liatnya. Maklum ibunya masih muda. Kan saya sudah bilang masih muda. Udah gitu bener, cantik.
Berlanjutlah bocah cilik lucu ini latihan jalan lagi. Saya juga senang akhirnya hiburan dilanjutkan. Saya senyum senyum sendiri lihatnya. Sampai tiba tiba bocah cilik ini menghampiri saya dengan mimik wajah yang-- boleh dibilang-- agak bingung. Kamu salah bapak, Nak. Bapak kamu disana? Tunjuk saya dibalik tubuhnyanya mungil. Setelah berusaha untuk berputar tangan saya sambil berjaga siap menangkap barangkali jatuh saat kembali bapaknya (yang benar)
Jalanlah ia. Berlatih lagi. Sampai saya harus bercerita tentang perempuan sendari tadi ada kejadian yang sama seperti saya; memperhatikan bocah cilik lucu tadi yang sedang berlatih berjalan; Kadang senyum senyum sendiri juga; Mungkin sama kali kepengen punya anak kecil yang lucu juga. Tapi sama siapa? Sama, saya juga begitu! Heheu!
Seperti pada cerita cerita lainya, perempuan ini cantik. Barusan saya foto dari belakang, biar tidak perlu bercerita tentang dia dengan segala pake baju apa, bawahanya apa, kerudung nya mode apa. Apakah ada ciri khusus diwajahnya atau bagaimana cara dia senyum. Ya begitulah, barangkali ada yang bosan saya bercerita itu itu saja. Tapi demikian. Saya yakin banyak kaum seperti saya ini yang kagum, tertarik, bahkan mengejar untuk mendapatkanya. Namun urung untuk diceritakan seperti lelaki macam saya ini; menurut entah dari mana, lelaki yang menceritakan (disini baru saya akui saya sedang menulis) perempuanya maka perempuan itu adalah perempuan yang terbahagia saat ini didunia. Percaya deh, brader!
Bagaimana kalo kita (Gabungan Lelaki dan Perempuan) suatu saat berjodoh? Ibarat game kita sudah sama kok bahwa kita dapat klue (petunjuk) yang benar. Hei, kamu, sadar engga? Oh engga ya, ya udah engga apa apa. Tapi saya sadar. Bahkan saya mengamini kalo kita ini jodoh. Wkwk serius!
Begini kira kira klue yang saya pahami, saat bocah cilik lucu tadi latihan berjalan, bocah itu juga menghampiri perempuan itu (Hei, siapa sih namamu?). Bocah lucu tadi mengira bahwa itu ibunya. Sama seperti saya yang dianggap bapaknya. Jadi Kita sebetulnya sepasang yang belom ditakdirkan bersama atau menunggu diwaktu yang tepat.
Apakah begitu petunjuk bahwa kita berjodoh? Kalo kelak benar adanya, saya aminin. Langsung! wkwk. Kalo engga jodoh, ya, coba diusahain orang niatnya mau jodoh sama dia. Tolonglah gusti! Wkwk
Wallahu A'lam Bishawab.
Ya udah berhubung selesai pengajian nya dan saya harus pulang. Untukmu; Assalamualaikum, Uhgtea.
*Langsung loncat dari mimbar*
Tak usah jauh jauh dia ini ada dimana mana. Tersebar di dunia; merata pula. Lagian Tuhan cuma menciptakan dua jenis doang sebagai manusia; Kita sama dia (Perempuan). Kita? Yess, brader! Saya engga mau dijadikan subyek tunggal sebagai lelaki. Sedangkan saya membicarakan jutaan kaum keturunan Hawa. Ini tidak sebanding, makanya saya ini adalah Kita sebagai lelaki.
![]() |
Didalam masjidnya cantik |
Satu hal lagi mereka itu indah untuk diceritakan. Itulah mengapa saya banyak menuliskan perempuan, oh, sorry, bukan menulis, tapi menceritakan. Kalo mau dari awal bisa diubah menuliskan dengan menceritakan, cukup bacanya saja, saya males mengedit. Saya pernah menceritakan tentang kekasih saya, tentu dia perempuan, pasti cantik pula. Tapi saya engga mau dia dengar cerita ini. Saya takut rindu dan dikangenin. Lalu, perempuan perempuan lain saya pernah ceritakan: Perempuan Busway, Gadis Angkot, dan banyak lagi. Entah dimana cerita itu sekarang. Saya cerita disembarang tempat, ini juga kebiasaan buruk. Jangan ditiru.
Tentang kekaguman; Kok bisa secantik itu, ya?; Kepengen kenalan harus mulai dari mana?; Ah aku bisa apa denganmu. Judul cerita cerita itu yang saya pernah ceritakan pada kalian. Mungkin ada yang tahu tapi pastinya banyak yang engga tahu. Lagian siapa peduli dengan cerita orang seperti saya ini?
Tapi kali ini saya sedang dipengajian umum mingguan di Cilongok, Banten. Kebetulan, pembicaranya pake Bahasa Sunda jadi saya cerita saja. Pak Kyai punten, nyak? Bersama kawan saya yang bertemu tidak sengaja saya memilih duduk di pojokan masjid (bukan diberanda majlis). Juga sebelah Kami sepasang muda dengan satu anak berumur 10 bulan dan Ia sedang belajar jalan. Saya lihat nya seneng sebab ada bocah cilik lucu rambutnya kepang.
Saya perhatikan Bapaknya mundur mundur, anaknya menjaga keseimbangan sambil terus berjalan. Setelah mentok, suruh bapaknya balik ke tempat semula; tempat dimana anaknya mulai berjalan; tempat duduk ibunya. Terus berulang-ulang, kadang berganti dengan metode lain, biar mau berjalan. Disela sela itu bocah cilik disuapin biskuit, kemudian lanjut. Beberapa langkah kemudian terlihat merengek, ngusep-ngusep ke ibunya. Sepertinya minta nenen. Saya jadi mengalihkan pandangan. Risih sendiri liatnya. Maklum ibunya masih muda. Kan saya sudah bilang masih muda. Udah gitu bener, cantik.
Berlanjutlah bocah cilik lucu ini latihan jalan lagi. Saya juga senang akhirnya hiburan dilanjutkan. Saya senyum senyum sendiri lihatnya. Sampai tiba tiba bocah cilik ini menghampiri saya dengan mimik wajah yang-- boleh dibilang-- agak bingung. Kamu salah bapak, Nak. Bapak kamu disana? Tunjuk saya dibalik tubuhnyanya mungil. Setelah berusaha untuk berputar tangan saya sambil berjaga siap menangkap barangkali jatuh saat kembali bapaknya (yang benar)
Jalanlah ia. Berlatih lagi. Sampai saya harus bercerita tentang perempuan sendari tadi ada kejadian yang sama seperti saya; memperhatikan bocah cilik lucu tadi yang sedang berlatih berjalan; Kadang senyum senyum sendiri juga; Mungkin sama kali kepengen punya anak kecil yang lucu juga. Tapi sama siapa? Sama, saya juga begitu! Heheu!
Seperti pada cerita cerita lainya, perempuan ini cantik. Barusan saya foto dari belakang, biar tidak perlu bercerita tentang dia dengan segala pake baju apa, bawahanya apa, kerudung nya mode apa. Apakah ada ciri khusus diwajahnya atau bagaimana cara dia senyum. Ya begitulah, barangkali ada yang bosan saya bercerita itu itu saja. Tapi demikian. Saya yakin banyak kaum seperti saya ini yang kagum, tertarik, bahkan mengejar untuk mendapatkanya. Namun urung untuk diceritakan seperti lelaki macam saya ini; menurut entah dari mana, lelaki yang menceritakan (disini baru saya akui saya sedang menulis) perempuanya maka perempuan itu adalah perempuan yang terbahagia saat ini didunia. Percaya deh, brader!
Bagaimana kalo kita (Gabungan Lelaki dan Perempuan) suatu saat berjodoh? Ibarat game kita sudah sama kok bahwa kita dapat klue (petunjuk) yang benar. Hei, kamu, sadar engga? Oh engga ya, ya udah engga apa apa. Tapi saya sadar. Bahkan saya mengamini kalo kita ini jodoh. Wkwk serius!
Begini kira kira klue yang saya pahami, saat bocah cilik lucu tadi latihan berjalan, bocah itu juga menghampiri perempuan itu (Hei, siapa sih namamu?). Bocah lucu tadi mengira bahwa itu ibunya. Sama seperti saya yang dianggap bapaknya. Jadi Kita sebetulnya sepasang yang belom ditakdirkan bersama atau menunggu diwaktu yang tepat.
Apakah begitu petunjuk bahwa kita berjodoh? Kalo kelak benar adanya, saya aminin. Langsung! wkwk. Kalo engga jodoh, ya, coba diusahain orang niatnya mau jodoh sama dia. Tolonglah gusti! Wkwk
Wallahu A'lam Bishawab.
Ya udah berhubung selesai pengajian nya dan saya harus pulang. Untukmu; Assalamualaikum, Uhgtea.
*Langsung loncat dari mimbar*
Comments
Post a Comment